Kerajaan Tidore adalah salah satu kerajaan Islam yang paling berpengaruh di wilayah Maluku, Indonesia, khususnya di Kepulauan Maluku Utara. Kerajaan ini berdiri sejak abad ke-15 dan dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan rempah-rempah yang sangat penting pada masa lalu, terutama pala dan cengkeh yang menjadi komoditas utama dunia.
Kerajaan Tidore memiliki peranan strategis dalam jalur perdagangan internasional, menghubungkan pedagang dari Asia, Timur Tengah, hingga Eropa. Sebagai kerajaan maritim, Tidore menguasai wilayah kepulauan sekitar dan memiliki armada laut yang kuat untuk melindungi kepentingan perdagangan dan wilayahnya. Hal ini membuat Tidore menjadi salah satu kerajaan yang mampu mempertahankan kedaulatannya meskipun menghadapi tekanan dari kekuatan kolonial Eropa seperti Portugis, Spanyol, dan Belanda.
Selain kekuatan ekonomi dan politiknya, Tidore juga terkenal sebagai pusat penyebaran agama Islam di Maluku. Sultan-sultan Tidore memainkan peran penting dalam memperkuat ajaran Islam dan mengintegrasikannya ke dalam struktur pemerintahan dan kehidupan masyarakat. Tradisi dan adat istiadat di Tidore mencerminkan perpaduan antara budaya lokal dan pengaruh Islam yang kuat.
Kerajaan Tidore juga memiliki hubungan sejarah yang erat dengan Kerajaan Ternate, yang merupakan rival sekaligus mitra dalam berbagai kesempatan. Konflik dan kerja sama antara kedua kerajaan ini menjadi bagian menarik dari sejarah Maluku, terutama dalam menghadapi kekuatan asing yang mencoba menguasai wilayah rempah-rempah.
Warisan budaya Kerajaan Tidore masih sangat kental terlihat dalam tradisi, kesenian, dan struktur sosial masyarakat Maluku hingga sekarang. Istana Kesultanan Tidore yang masih ada menjadi saksi bisu kejayaan dan kejayaan kerajaan ini pada masa lampau.
Secara keseluruhan, Kerajaan Tidore adalah simbol kejayaan maritim, pusat perdagangan rempah yang berpengaruh, dan benteng penyebaran Islam di wilayah timur Indonesia yang meninggalkan warisan budaya dan sejarah yang kaya bagi bangsa Indonesia.